Pengembang harus membangun competitive advantage melalui strategi digital marketing yang tepat. Saat ini seluruh segmen properti sedang menghadapi tantangan berat.
KoranProperti.com (Kalimantan) – Ketidakpastian ekonomi global, secara langsung membuat situasi ekonomi nasional semakin suram. Bisnis industri properti di Indonesia menjadi salah satu bidang usaha yang paling terdampak, dari kusutnya siklus ekonomi.
Akibatnya, sejumlah pengembang properti mulai dari kelas atas hingga menengah ikut meradang. Langkah atau strategi yang diambil sejumlah pengembang properti dalam rangka menyelamatkan daya jual atau pemasaran hunian dan komersial yaitu dengan cara menerapkan metode digital marketing
Menghadapi situasi ketidakpastian ekonomi ini, pengembang poperti terus berusaha melakukan trik marketing yang tujuannya untuk mendorong pemasaran properti, agar tidak stagnan.
Baru-baru ini, Persatuan Perusahaan Realestat Indonesia (REI) Kalimantan Selatan (Kalsel) menggelar Short Course Special Marketing Strategy, Implementation and Practice, yang diikuti 110 pengembang. Pelatihan ini merupakan bagian dari rangkaian Musyawarah Daerah (Musda) XII REI Kalsel 2025.
BACA INI: Rumah Subsidi Pekerja Industri Media Diluncurkan di Bekasi, Begini Komentar Sinis Awak Pers…!!!
Dalam pelatihan itu, pakar Digital Marketing Andy Kesuma Nathanael mengatakan, pengembang harus membangun competitive advantage melalui strategi digital marketing yang tepat. Andy menyebut, saat ini seluruh segmen properti sedang menghadapi tantangan berat.
“Saat ini, untuk segmen rumah subsidi sedang terkendala oleh problem Sistem Layanan Informasi Keuangan (SLIK) Otoritas Jasa Keuangan (OJK). Ini merupakan akibat dari maraknya pinjaman online (pinjol) dan judi online (judol),” tutur Andy dalam siaran pers yang diterima koranproperti.com, Jumat (9/5/2025).
Sedangkan untuk segmen properti kelas menengah, sambung Andy, tingginya angka Pemutusan Hubungan Kerja (PHK) di sejumlah perusahaan besar dan menengah, tentu menjadi tantangan yang sangat berat.
Ekonomi Semakin Memburuk
“Dampaknya, calon konsumen menunda untuk membeli rumah. Untuk sementara, mereka akan cenderung menyewa atau mengontrak rumah, sambil menunggu situasi ekonomi membaik,” tandas Andy.
Khusus untuk segmen properti mewah, Andy menilai, penjualan semakin melemah, karena calon konsumen mengkhawatirkan keadaan ekonomi semakin buruk, dan bisa berdampak kepada aktivitas bisnis mereka.
BACA INI: Dibalik Kasus Meikarta: LPCK Raup Marketing Sales Rp323 Miliar, LPKR Gondol Laba Bersih Rp169 Miliar
Untuk mengantisipasi semakin memburuknya daya jual dan pemasaran properti, Andy menyarankan agar para pengembang properti segera menempatkan semua proyek yang sedang digarapnya untuk dijadikan sebagai top of mind konsumen, serta menawarkan value for money yang kuat buat calon konsumen.

“Konsumen itu smart buyer. Era media sosial saat ini, telah menciptakan persaingan bisnis properti tanpa batas. Tidaklah cukup menarik konsumen untuk membeli properti, hanya dengan melalui brosur, pameran atau iklan di media massa” tegasnya.
Di tempat yang sama, Ketua DPD REI Kalsel Ahyat Sarbini, menyatakan, untuk sekarang ini, digital marketing memegang peranan sangat penting, dalam upaya untuk mendukung penjualan dan pemasaran serta meningkatkan kualitas dan kompetensi SDM.
“Umumnya, para anggota REI sudah terbiasa dengan medsos seperti Facebook dan Instagram. Hanya tinggal dimaksimalkan saja, untuk kepentingan promosi atau pemasaran properti,” tukasnya.
Sedang menurut Ketua Panitia Pelatihan dan Musda XII Budi Harto, pengembang properti harus memanfaatkan teknologi digital marketing secara mandiri.
“Tim pemasaran internal perusahaan properti, harus mampu membuka peluang pemasaran dan penjualan produk properti melalui pembuatan konten pemasaran yang efektif kepada publik,” tutupnya.
Seperti diketahui, dampak ekonomi global maupun lokal terhadap sektor properti, dapat berupa kenaikan harga bahan baku, hingga perubahan sentimen, sikap dan perilaku calon konsumen pembeli properti.
Kenaikan harga bahan baku akibat inflasi global atau krisis ekonomi, otomatis akan menaikkan harga jual properti, terutama untuk properti kelas menengah ke atas. Selain itu, pelemahan ekonomi global juga dapat menyebabkan penurunan investasi asing, yang berdampak pada proyek-proyek properti yang bergantung kepada pendanaan dari luar negeri.
Di tahun 2025 ini, tantangan besar ekonomi global semakin menguat. Bank Dunia memperkirakan pertumbuhan ekonomi hanya mencapai 2,7 persen. Sementara itu, Dana Moneter Internasional (IMF) memprediksi stagnasi di angka 3,2 persen.
Ketatnya kebijakan moneter, konflik regional, dan proteksionisme menjadi faktor utama perlambatan ekonomi global. Dampaknya pun dirasakan langsung sektor industri properti, di berbagai belahan negara dunia, termasuk Indonesia.
Simak dan ikuti terus perkembangan berita dan informasi seputar dunia properti dan bahan bangunan melalui ponsel dan laptop Anda. Pastikan Anda selalu update dengan mengklik koranproperti.com dan google news setiap hari.
Hotline Redaksi (WA) 0812 8934 9614