Pembangunan proyek akbar apartemen Meikarta, pada awalnya ada peran utama dari investor China, sedangkan Lippo Group hanya ikut saham saja. Namun, perusahaan China itu, pergi meninggalkan Indonesia. Akhirnya, pihak Lippo yang mengambil alih tanggung jawab.
KoranProperti.com (Bekasi) – Bos besar Lippo Group James Riady menyebut pembangunan apartemen Meikarta di Cikarang, Bekasi, Jawa Barat, pada awalnya dikerjakan investor China dan Lippo Group hanya ikut saham saja. Namun, belum selesai apartemen dibangun, pihak China meninggalkan Indonesia, tanpa alasan yang jelas.
“Akhirnya Lippo mengambil alih tanggung jawab untuk menyelesaikan pembangunan apartemen,” kata James sambil menegaskan bahwa pihak Lippo Group berkomitmen untuk membereskan proyek apartemen raksasa di Bekasi ini, Selasa (22/7/2025).
James berharap, masyarakat sebaiknya dapat melihat proyek apartemen Meikarta secara lebih luas, karena apartemen Meikarta hanyalah proyek kecil dari luas keseluruhan kawasan yang mencapai 5.000 hektare.
Menurut James, dirinya perlu mengklarifikasi dan menjelaskan kronologi mangkraknya proyek Meikarta, agar masyarakat memahami kasus ini dengan benar dan jelas.
Untuk menghindari konflik dengan para konsumen yang sudah mengikat perjanjian jual beli unit apartemen Meikarta, Lippo Group langsung proaktif mengambil alih tanggung jawab pembangunan Meikarta.
Namun, berdasarkan penelusuran koranproperti.com, dari catatan Kompas.com (4 Mei 2025), James menegaskan bahwa proyek Meikarta merupakan inisiatif Lippo Group.
Seperti dikutip dari kompas.com, nama Meikarta terinspirasi dari nama ibunya, Mei, dan Jakarta. Sehingga ketika digabung menjadi Meikarta.
“Mei nama mama saya, karta diambil dari nama Jakarta. Jadi, ini merupakan kota baru,” ujar James saat melakukan press conference perdana pembangunan akbar apartemen Meikarta, di Hotel Aryaduta, Jakarta Pusat, Kamis siang tanggal 4 Mei, tahun 2017 lalu.
Drama Meikarta Mangkrak
Ketika jumpa pers berlangsung, saat itu James memaparkan rencana besar pembangunan Meikarta. Turut hadir dalam jumpa pers itu mantan jenderal Agum Gumelar, politisi Theo L Sambuaga, serta ekonom Didik J Rachbini.
James menyebut Merikarti dikerjakan Lippo Group, tanpa melibatkan pihak asing seperti investor China yang disebutnya menjadi penyebab mangkraknya Meikarta.

Sebelum Meikarta dibangun, lahan seluas 5000 hektar di wilayah bagian paling timur Cikarang itu, sudah dimiliki Lippo Group sejak tahun 1990-an.
James mengungkapkan, Meikarta adalah Jakarta baru yang akan memiliki infrastruktur kelas internasional. Oleh Karena itu, Meikarta dirancang oleh sejumlah konsultan arsitektur dan perencana luar negeri.
Rencananya, di lokasi itu akan dibangun 100 gedung tinggi dengan ketinggian antara 35 hingga 45 lantai dengan perincian, 250.000 unit diperuntukkan untuk hunian, 10 hotel bintang lima, pusat belanja dan area komersial seluas 1,5 juta meter persegi, dan pusat perkantoran strata title.
BACA INI: Korban Meikarta Tuntut Lippo Rp4,5 Miliar, Menteri PKP Berpihak Kemana Sih?
Tak tanggung-tanggung, pihak Lippo juga akan menyediakan fasilitas menarik di Meikarta, di antaranya, pusat kesehatan, pusat pendidikan yang dikelola pihak asing dan lokal, tempat ibadah, serta fasilitas modern lainnya.
“Untuk hunian, kami menargetkan kelas menengah dengan harga Rp12,5 juta per meter persegi,” tutur James sambil menambahkan bahwa Meikarta tahap pertama direncanakan selesai dalam kurun waktu tiga tahun.
Saat itu, pihak Lippo mengklaim target penyelesaian Meikarta akan tepat waktu, karena 50 gedung tinggi strata title sudah berdiri dan akan mulai operasional pada tahun 2018 lalu.
Namun, perlu diketahui 50 gedung yang sudah berdiri itu, ternyata dari hasil modal bersama antara pihak Lippo Group dengan beberapa perusahaan Jepang, seperti Mitsubishi, Toyota, dan Mitsui.
Namun, akhirnya apa yang terjadi? Pembangunan Meikarta mangkrak selama bertahun-tahun secara dramatis. Bahkan, terjadi kasus dugaan tindak pidana korupsi yang melibatkan pejabat daerah dan oknum pejabat manajemen Lippo Group.
Belum lama ini, telah terjadi kesepakatan hukum yang telah (inkrah) di pengadilan, dan sudah disetujui oleh sekitar 20.000 konsumen korban Meikarta dan pihak Lippo Group.
James menegaskan, kesepakatan yang telah dibuat bersama itu tidak akan merugikan semua pihak, terkait kasus Meikarta.
James juga membeberkan fakta dan data terbaru soal kelanjutan progres Meikarta yaitu meliputi proses pembangunan dan penyerahan unit apartemen Meikarta yang sudah terjual hampir mencapai 19.000 unit.
“Unit yang masih dalam proses pembangunan sekitar 16.500 unit. Sebagian besar struktur fisik bangunan sudah berdiri,” tandas James.
Sedangkan apartemen yang sudah diserahkan kepada konsumen mencapai sekitar 14.500 unit. Unit yang belum diserahkan, dan ditargetkan akhir tahun 2025 selesai, sekitar 4.000 unit. Sisa unit yang belum diserahkan dan ditargetkan selesai tahun 2026 mendatang sekitar 2.200 unit.
Seperti diberitakan media ini sebelumnya, usai bertemu dengan korban Meikarta yang dimediasi Menteri Perumahan dan Kawasan Permukiman (PKP) Maruarar Sirait, pihak Lippo Group berjanji akan melakukan refund kepada korban Meikarta dalam waktu tiga bulan.
Sejarah kelam mangkrakya kasus Meikarta, secara tidak langsung telah memupuskan ‘ketangguhan’ Lippo Group dalam industri properti nasional di mata publik.
Kini, masyarakat semakin berhati-hati ketika akan membeli properti (unit apartemen, rumah tapak dan rumah subsidi) yang dikembangkan oleh sejumlah developer nasional.
Simak dan ikuti terus perkembangan berita dan informasi terbaru seputar dunia properti dan bahan bangunan melalui ponsel dan laptop Anda. Pastikan Anda selalu update dengan mengklik koranproperti.com dan google news setiap hari.
Hotline Redaksi (WA) 0812 8934 9614